Notification

×

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Penanggulangan Penyakit Hewan Babi (ASF), Balai Veteriner Medan dan Dinas Perkebunan & Peternakan Sumut bersama GPBI Adakan Rakor

Rabu, 28 Mei 2025 | 17.31 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-28T13:06:02Z


Medan, MarmataNews.id - Kementerian Pertanian melalui Balai Veteriner Medan dan Dinas Perkebunan & Peternakan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) bersama Gerakan Peternak Babi Indonesia (GPBI) mengadakan Rapat Koordinasi (Rakor) penanggulangan Penyakit Hewan Ternak Babi atau disebut African Swine Fefer (ASF) bertempat di Cafe Fantastic, Jalan Gajah Mada No.10, Medan, Rabu (28/05/2025).


Rakor ini dihadiri Kepala Veteriner Medan, Arif Hukmi, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sumut, Thesa Ananta dan Ketua Gerakan Peternak Babi Indonesia (GPBI), Herik Ginting bersama para Peternak Babi dari Lima (5) Kabupaten Kota; Langkat, Binjai, Sergai, Deliserdang dan Karo.

Kepala Balai Veteriner Medan, Arif Hukmi menyampaikan, penyakit Babi atau yang disebut penyakit ASF ini belum tertanggulangi di Sumatera Utara ini dan Indonesia hususnya, karna sampai Tahun 2025 ini masih bermunculan di beberapa titik penyakit ASF ini di Sumatera Utara.

Dijelaskan Arif Hukmi, Rakor ini dilaksanakan adalah sebagai tahap pertama yang turut kita libatkan dengan Dinas Provinsi dan GPBI yang turut dihadiri dari 5 Kabupaten Kota yang diantaranya; Langkat, Binjai, Sergai, Deliserdang dan Karo untuk tahap pertama.

"Bila ada kesempatan, kita akan lakukan Rakor untuk tahap ke 2 akan mengundang seluruh peternak Babi seSumatera Utara untuk bagaimana menentukan langkah- langkah untuk menanggulangi ASF ini." ucap Arif Hukmi.

Sebagaimana kita ketahui penyakit ASF ini dulunya belum ada vaksin nya, tetapi sekarang sudah ada terbit SK baru dari Kementerian Pertanian sudah ada vaksin ASF ini, tetapi dalam tahap proses penelitian atau pengujian yang akan kita aplikasikan di lapangan. 

"Ini hari kita sosialisasi kepada peternak yang masing-masing kepada 5 orang peternak bagaimana cara peternak yang baik, meningkatkan Sicurity atau keamanan lalulintas nya. Sehingga ternak babi bisa aman dari penyakit ASF." ungkapnya.

Jadi salah satu langkah sebelum adanya vaksin dan sesudah menerima vaksin meningkatkan Sicurity atau keamanan lalulintas orang, ternak maupun peralatan- peralatan yang masuk ke kandang ternak.

Dijelaskan Arif Hukmi, sedangkan penyakit ASF ini sudah ada mulai Tahun 2019 di Sumatera Utara, kadang hilang dan kadang naik lagi. 

"Nah, untuk Tahun 2024- 2025 ini ada kasus ASF di beberapa titik, tetapi tidak separah Tahun 2019. Karena Tahun 2019 hampir semua daerah Provinsi Sumut terkena penyakit ASF tersebut." sebutnya.

Jadi, semoga kedepan nya dengan adanya Rakor ini kita bisa melakukan langkah- langkah untuk menjaga penyakit babi di Sumatera Utara bisa aman dari penyakit ASF.

Dan, tanda- tanda penyakit ASF ini untuk tenak babi adalah tidak mau makan, demam tinggi dan kematian nya sudah 100% dan 7 hari sudah ada tanda- tanda penyakitnya.

Sementara, Ketua Gerakan Peternak Babi Indonesia (GPBI), Herik Ginting menyampaikan, ini lah awal kebangkitan peternak Babi. Karena, mulai Tahun 2019 hingga hari ini sudah berjalan 6 Tahun belum ada respek/ respon dari ibu pertiwi ini. Dan ini hari mulai pimpinan Kepala Balai Pak Arif Hukmi peternak merasa diayomi di Tahun 2025 ini.

Herik Ginting berharap, melalui diskusi yang baru dilaksanakan tadi, sekitar tanggal 20 Juni ini vaksin sudah ada di Sumatera Utara.
Kami juga berharap, kalo bisa Pemerintah Pusat dan Provinsi membuat vaksin ASF ini bisa di supsidi oleh Pemerintah 100%. Supaya kami peternak tidak terbebani karena perekonomian kami pun sulit. 

Herik Ginting juga mencohtohkan dengan ternak babi ini, karena mulai lahir dan kematian suku batak harus ada daging babi. Kalo gadak daging babi, bukan orang batak namanya itu.

"Jadi, mohon lah kepada Bapak Kementerian Pusat dan Daerah supaya meningkatkan perekonomian kami para peternak babi ini. Karena kami sebagai peternak babi ini adalah salah satu Program Ketahanan Pangan Nasional seperti yang di canangkan Bapak Presiden RI Bapak Prabowo Subianto." harap Herik Ginting.

Begitu juga yang disampaikan Thesa Ananta, Mewakili Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sumut menyebutkan, sebetulnya awal kasus ASF ini dari Tahun 2019 sudah cukup tau melalui media massa banyak bermatian ternak babi ini di Provinsi Sumatera Utara.

Dari Tahun 2019 itu juga kita sudah bekerjasama dengan pihak GBPI bersama Pak Herik Ginting, karena hingga saat ini persediaan vaksin babi ini belum ada obatnya.

Hingga sampai sekarang, Pihak Provinsi Sumut dengan ketidak adaan vaksin sudah memberikan bantuan obat- obatan dan Devisektan seperti apa yang disampaikan oleh Pak Kepala Balai tadi untuk melakukan Devisektan untuk semua Kabupaten Kota. 

Dijelaskan Thesa Ananta, kemarin juga pada awal bulan Januari Dinas Perkebunan dan Peternakan sudah turun untuk menindaklanjuti kasus kematian peternak babi yang dilaporkan melalui Ketua GPBI. 

Kita juga sudah turun bersama Kepala Balai untuk mendeteksi penyakit PSF ini. Ternyata penyakit ASF ini yang tertinggi adalah di Sumatera Utara. 

"Kerjasama ini lah yang kami harap dari peternak untuk kita bersama- sama menjaga, supaya populasi ternak babi tidak terus menghilang. Karena cukup drastis dari awal Tahun 2019 sampai 2025 ini populasi peternak babi kita turun. Jadi, itulah yang kami harapkan tadi supaya di Tahun 2025 ini kita masih menemukan kasus- kasus kematian ternak babi yang drastis. Itu pun sudah kita tindaklanjuti bersama- sama oleh Kepala Balai dan para peternak babi yang ada di Kabupaten Kota." imbuh Thesa Ananta.(N)
×
Berita Terbaru Update